RAHASIA MERINTIS FIM REGIONAL SASANDU BERGERAK




Dalam diskusi online Sahabat FIM Bengawan, moderator : Kuncoro Probojati dan notulensi : Hafni Amalia



Hayyhoo guys… jumpa lg bersama Hafni, dalam berbagi notulensi Diskusi Online Sahabat FIM Bengawan. Anw, mohon maaf sebelumnya klo postingan kali ini di post molor banget dari acara diskusinya. Langsung aja nih memulai diskusi karena jam telah menunjukkan pukul 19.00.

Sebelum menyelami diskusi lebih lanjut, alangkah baiknya kita kenal terlebih dahulu narasumber kali ini. Berikut merupakan profil singkat beliau.
Narasumber :
Nama                          : Sherwin Ufi
Angkatan FIM            : FIM 15 (tahun 2013)
Domisili                       : Rote
Jabatan di FIM            : Perintis FIM Regional Sasandu Bergerak
Lulusan                       : Public Health di The Australian National University, penerima beasiswa  Australia Awards Scholarship (AAS)

First, kita tanya-tanya dulu, awal mula perintisan FIM Sasandu
Saya merupakan anggota FIM 15. Pasca FIM 15 tahun 2013 dan sejak itu perlahan-lahan membentuk FIM regional Sasandu NTT hingga skrg jumlah kami sdh mencapai 11 orang.
Merintis regional FIM memang tidak mudah. Butuh kesabaran. Pada tahun 2014, hal pertama yang saya lakukan pasca FIM 15 adalah sosialisasi FIM di 7 kampus besar di Kupang (ibukota prov. NTT). Ini saya lakukan karena kesulitan mengunjungi seluruh pulau besar di NTT.
Pola dan metode dalam perintisan, menurut saya, tergantung faktor geografis. Secara geografis NTT merupakan provinsi kepulauan. NTT terdiri dari 5 pulau besar yaitu pulau Flores, Sumba, Timor, Alor,  dan Lembata yang disingkat FLOBAMORATA.  Awalnya saya kesulitan temu secara offline. Tidak mungkin bagi saya utk travel dari satu pulau ke pulau lainnya. Jadi saya harus mencari cara lain, yaitu bertemu dengan ketua BEM seluruh kampus-kampus besar di Kupang dan share tentang FIM kpd mereka. Mereka sya dorong utk mendaftar FIM. Saya pantau dan monitoring via SMS. Alhasil, tahun 2014 kami dari NTT dapat 2 alumni yaitu Maks Fioh dan Alexander Feni. Keduanya dari Rote.

Tahun 2015, saya masih melakukan pola yang sama. Oya, krn sya bekerja di pulau Rote, saya harus travel dari Rote ke Kupang utk bertemu teman2 mahasiswa. Saya didampingi oleh Maks kembali share tentang FIM di kampus2 juga. Kali ini mereka sudah mulai familiar dengan FIM. Awalnya hampir semua tidak tahu apa itu FIM, karena memang ini baru di NTT.
Namun, ternyata metode ini hanya menghasilkan 1 orang alumni FIM di tahun 2015. Tahun berikutnya kami ganti metodenya. Pola pendekatannya masih sama, yaitu sosialisasi di ibukota provinsi. Mengapa? karena disanalah (Kupang) kebanyakan putera/i daerah terbaik dari FLOBAMORATA mencari ilmu.      

                  


Tahun 2016 saya sedang studi Pascasarjana di Australia (mendapatkan beasiswa AAS), sehingga saya tidak bisa hadir utk turun sosialisasi. Yang saya lakukan adalah tetap berkomunikasi via sosmed dgn teman2 FIM yang sudah ada, lalu saya mencari orang kunci di kampus yang membantu kita utk meningkatkan trust peserta. Kami berhasil mendorong teman2 di kampus utk berkolaborasi bersama MITRA Undana dan Australia Indonesia Youth Association (AIYA). Salah satu dari kami menjadi keynote speaker dan berbagi ttg FIM dsana. Ada ratusan peserta yang hadir waktu itu. Kami juga  meniru best practice dari FIM regional lainnya (FIM Bengawan termasuk kereen) dan mengikuti rekomendasi FIM pusat, yaitu melakukan proses pendampingan pasca sosialisasi FIM.

Berikut merupakan dokumentasi sosialisasi FIM
Berbagi ttg FIM di kampus Undana Kupang. Pesertanya dr berbagai kampus



Hasilnya tahun 2016, sebanyak 27 orang mendaftar dari NTT untuk FIM, dan yang lolos 7 orang

Selanjutnya karena jumlah kami sudah lumayan banyak, sya memberikan tongkat estafet kepada teman-teman alumni FIM 18 (Bukalapak FIM). Mereka langsung aktif sejak tahun lalu hingga sekarang.

Alumni FIM 18 dr NTT melakukan keg bersama TEMPO Institute di Kupang

Second, kita akan membicarakan kegiatan pasca FIM 15.

Kak Jati selaku moderator bertanya “Kak sherwin, waktu diawal2 itu, pasca fim 15 kan geraknya bnyk kemana2nya, sebenernya saat itu alumni fim yg gerak ada brp orang dan fokusnya gmn aja kak?”                      
 
Kalo secara keseluruhan ada byk. Kami pny project angkatan "Ini Yang Kubaca', fokus ke pendidikan utk meningkatkan minat baca.
Kalo utk regional NTT, waktu itu alumni dari NTT cuma saya saja. Sebetulnya sdh ada alumni FIM sebelumnya dari NTT, yaitu Djitron Pah (pemain sasandu yang pernah tampil di Indonesia Mencari Bakat) cuma sejak ia tampil di IMB malah jarang ke NTT dan sering kemana2. Jadi sya fokus utk kerjsama dgn komunitas lain yg punya concern yg sama.

Saat itu kami fokus utk pengembangan SDM. Mengapa? Karena kami yakin bahwa modal utama orang NTT adalah manusia NTT itu sendiri. Jadi sya ngajak kolaborasi dengan rekan-rekan Pengajar Muda Indonesia Mengajar yang memang kebetulan saat itu ditempatkan di Rote. Kami inisiasi project Kemah Pemuda Rote yang modelnya mirip FIM juga dgn sasaran anak2 SMA dari berbagai kecamatan. Mereka dilatih serta didorong utk berani bermimpi dan tidak putus sekolah.
Oya, waktu itu ada 2 kakak PM yg juga alumni FIM, yaitu kak Bella Mouolina dan kak Rizky, sama2 alumni FIM 11, jadi ya makin semangat :) .  Gerak regional itu bukan tentang jumlah sdm, tp lbh bnyk krn semangat alumninya. Jumlah, bagi saya, tidak menentukan, andaikata tidak ada semangat. Semangat itu yg harus selalu dijaga. :)

Pak Hikmat Hargono (ketua yayasan IM saat itu) sedang tanya jawab dengan salah satu peserta KPR.

Euforia pasca KPR Rote
Third, Tips dan trik konsisten di FIM Regional meskipun dilanda kesibukan kerja dan kuliah S2 di Australia    
            
Bagi saya, membagi waktu itu adalah masalah value, bukan management. Managemen waktu akan mengikuti value yang kita miliki.
Saya ingat salah satu nilai FIM adalah totalitas. Saya punya tanggung jawab yang saya tuntaskan. Itu seperti beban yang belum terlepas. Jadi, karena saya telah memulai merintis FIM Sasandu maka apapun yang terjadi saya akan menyelesaikan tanggung jawab tersebut. Saya menganggap itu adalah prioritas saya selain studi. Studi tentu prioritas utama, tapi berkontribusi di FIM saat itu tidak bisa saya abaikan. Secara teknis, waktunya saya selip-selip di sela-sela studi dan liburan mas :)           
           
Fourth, berbicara mengenai dana, fim sasandu selama  menjalankan kegiatan, pendanaannya berasal dari mana?           

Nah terkait pendanaan semuanya berasal dari donasi alumni. Seluruh kegiatan kami masih pada ranah sosial murni, belum shift ke wirausaha sosial. Biasanya ngajak kolaborasi dgn mereka yg punya dana. Cth, kemarin sempat ngajak kak Rona Mentari mewakili Maxima utk berbagi Dongeng Dari Timur utk anak2 di Kupang. Konsep wirausaha sosial sdg kami rencanakan ke depan.            
          
Fifth, bagaimana rencana kedepannya FIM Sasandu 
                    
Rencana ke depan kami lebih intense di sosmed. Mengapa? Karena akan lebih mudah dijangkau oleh anak muda NTT dari berbagai pulau.
Namun kegiatan2 scr offline ttp kami lakukan. Kami jg mencoba keg di bidang seni bareng bro Djitron, Daur ulang sampah, tapi lebih utk mendapatkan dana. Ada jg rencana kami yg belum terealisasi, yaitu menulis buku kontribusi alumni. Ini jg masih rencana yg nanti akan digodok lagi bareng teman2 alumni FIM 19. yang pasti kami sdg tdk sabar menanti teman2 alumni FIM 19 utk bekerjasama.
Kestabilan tergantung tongkat estafet yg sedang dipegang oleh teman2 skrg. Ya kami berharap ttp stabil.                      
        
Sixth, sebagai penutup, ada pesan2 khusus untuk calon peserta FIM dr solo?                       
 Intinya jangan menyerah utk mencoba hehe. Biasanya kesuksesan adalah milik mereka yang pantang menyerah (persistent).     

Seventh, ada pertanyaan menarik nih dari Kak Brian Sahar, salahsatu aktivis @bidaninisiator dan kitabisa.com “Apakah KPR Rote sampai sekarang masih dilakukan? dan dulu yg menyusun alumni fim bekerja sama dengan pengajar muda IM saja atau menggandeng pemerintah kupang juga dalam pelaksanaannya? ” 
        
Ya KPR masih sempat dilakukan. Tahun ini kami akan lanjutkan KPR di bulan November.
Selain bareng PM, kami memang bekerja sama dgn sebagian besar teman2 yg jg bekerja sbg PNS di intansi pemerintahan daerah Kab. Rote Ndao..jadi saya bukan di pemerintah Kupang ya. Saya  bekerja di Pemda Kab. Rote Ndao. Kabupaten terselatan Indonesia.
Trims buat pertanyaannya. Semoga bisa membantu. Jika teman2 ada yg tertarik bertanya lanjut japri sya di nmr +61455836174.
    
So, inilah akhir dari percakapan Semalam Bersama FIM Sasandu Bergerak. Semoga aku bisa kembali ngeshare pengalaman diskusi-diskusi lainnya, pastinya sama orang yang keren-keren dan memotivasi kita untuk lebih baik, pantang menyerah, dan siap berkontribusi untuk Indonesia. See you guys in another post of amaliamyself.blogspot.com  







Be Authentic and be yourself

 I know that is like the conventional journaling medium shifted to the digital footprint. In my assumption, there are few readers in this bl...