PESPEKTIF SUSTAINABLE AGRICULTURE SESUAI KAIDAH AL QUR’AN


Pendahuluan
Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak ke-empat di dunia. Berdasarkan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Indonesia sudah mencapai 237,6 juta jiwa atau jumlah penduduk bertambah 3,25 juta jiwa / tahun. Berdasarkan jumlah tersebut, maka setiap harinya penduduk Indonesia bertambah sebesar 9.027 jiwa. Setiap jam terjadi pertambahan penduduk sebanyak 377 jiwa. Bahkan setiap detik jumlah pertambahan penduduk di Indonesia umumnya (bahkan bisa dikatakan 99.9 persen) disebabkan oleh kelahiran, sisanya berupa migrasi masuk. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam 1 detik di Indonesia terjadi kelahiran bayi sebanyak 1-2 jiwa Badan Pusat Statistik (2010).
Jumlah penduduk yang banyak memberikan dampak positif terhadap ketersediaan sumber daya manusia, di sisi lain ketersediaan pangan yang mencukupi merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi. Dalam Al Qur’an Surah Abasa ayat 24-32 sebagai berikut :
فَليَنْظُرِ الْإِنْسَانُ إِلَى طَعَامِهِ(24) أَنَّا صَبَبْنَا الْمَاءَ صَبًّا(25) ثُمَّ شَقَقْنَا الْأَرْضَ شَقًّا(26) فَأَنْبَتْنَا فِيهَا حَبًّا(27) وَعِنَبًا وَقَضْبًا(28) وَزَيْتُونًا وَنَخْلًا(29) وَحَدَائِقَ غُلْبًا(30) وَفَاكِهَةً وَأَبًّا(31) مَتَاعًا لَكُمْ وَلِأَنْعَامِكُمْ(32)
Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya. Sesungguhnya Kami benar-benar telah mencurahkan air (dari langit), kemudian Kami belah bumi dengan sebaik-baiknya, lalu Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu, anggur dan sayur-sayuran, zaitun dan kurma, kebun-kebun (yang) lebat, dan buah-buahan serta rumput-rumputan, untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu.”
Allah memerintahkan manusia untuk bercocok tanam. Bercocok tanam diperlukan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi nabati manusia dan sebagai pabrik pertanian primer yang menyuplai pakan hewan ternak. Keberadaan lahan pertanian sangat diperlukan untuk menunjang keberlanjutan hidup mahluk hidup. Lahan pertanian sebagai produsen membawa aliran energy dari matahari merupakan hasil dari proses fotosintesis. Namun, akhir-akhir ini banyak kita jumpai pembangunan pertanian yang tidak berkelanjutan dan berbagai aktivitas manusia yang merusak lingkungan.
Manusia melakukan berbagai cara untuk mengeksploitasi alam secara maksimal untuk mendapatkan keuntungan besar tanpa memperhatikan dampak negatif pada lingkungan. Perilaku manusia dalam bertani masih dianggap egosentrik terhadap ekologi lingkungan. Degradasi lahan dan pembakaran hutan mengakibatkan menurunnya kesuburan tanah, sehingga produksi pangan di Indonesia kurang mencukupi. Solusi dari permasalahan tersebut, diperlukan metode pertanian berkelanjutan dan ramah lingkungan. Al-qur’an dan Hadist sangat banyak ayat-ayat yang menerangkan hubungan tentang ajaran Islam dengan ilmu pengetahuan serta pemanfaatannya yang kita sebut Iptek. Ilmu pertanian dan sains telah memberikan berbagai penawaran mengelola lahan pertanian, menjaga lingkungan, dan mereklamasi lingkungan yang rusak. Namun sebelum metode pertanian modern ditemukan, Al Qur’an telah memberikan petunjuk-petunjuk nyata sebagai pedoman bercocok tanam. Maka dari itu, sudah menjadi keharusan seorang muslim untuk mempelajari dan berpedoman pada Al Qur’an dalam menjalankan kehidupan. Baik penerapan ilmu pertanian maupun sikap dan perilaku.

Pola Tanam sesuai Kaidah Al-Qur’an
Menurut Thalbah et all (2015), pola tanam merupakan pemetaan tanaman saat ditanam agar intensitas matahari, air dan tata letak tanaman lebih baik agar mendukung daya hidup tanaman.  Sistem perkebunan yang didasarkan pada prinsip-prinsip umum yang ada di dalam Al-Qur’an, disebut dengan istilah Janan Al Qur’an. Sistem Janan Al Qur’an dapat dikatakan sebagai upaya serius dan berdaya guna dalam mengangkat kembali daya saing ekonomi di bidang perkebunan dan pertanian
Salah satu karakteristik utama membedakan sistem perkebunan Janan dengan lainnya adalah teori dasar yang disarikan dari Al Qur’an. Sistem ini bukan merupakan tafsir mutlak dan substantive terhadap Al Qur’an, melainkan sebuah pemahaman dan pemberian makna terhadap sebagian dari ayat Al Qur’an yang dijadikan dasar membuat teori-teori dasar dari sistem ini.  Al Qur’a juga telah menjelaskan mengenai sistem pola tanam tumbuh-tumbuhan. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Ar-Rad ayat 4
وفِي الْأَرْضِ قِطَعٌ مُّتَجَاوِرَاتٌ وَجَنَّاتٌ مِّنْ أَعْنَابٍ وَزَرْعٌ وَنَخِيلٌ صِنْوَانٌ وَغَيْرُ صِنْوَانٍ يُسْقَىٰ بِمَاءٍ وَاحِدٍ وَنُفَضِّلُ بَعْضَهَا عَلَىٰ بَعْضٍ فِي الْأُكُلِ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَعْقِلُونَ -
“Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon kurma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebagian tanaman-tanaman itu atas sebagian yang lain tentang rasanya. Sesunggguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir”
Ayat tersebut menyatakan bahwa sistem perkebunan Janan terdiri dari tiga unsur tanaman yang utama: kurma, tanaman pangan, dan anggur. Asimilasi dari beberapa tanaman ini merupakan struktur ekologis yang luar biasa yang dapat diterjemahkan menjadi tiga tanaman kelas yang berbeda :
1.              Tanaman pangan : kelas rumput-rumputan.
2.              Anggur : semak-semak (pohon berbuah secara umum)
3.              Kurma : kelas pohon.

Konsep Janan sebagai Sustainable Agriculture
Meskipun Q.S. Ar-Rad ayat 4  belum memberikan penjelasan tentang sistem hubngan dan relasi-interaksi dari ketiga kelas tanaman tersebut, namun dalam surah Al-Kahf ayat 32-33, telah dijelaskan posisi masing-masing kelas tanaman ini yang emformulasikan sistem perkebunan yang berkeseimbangan, yakni sistem perkebunan yang memperhatikan keseimbangan kondisi ekologis lahan, dalam Q. S Al-Kahf ayat 32-34 :
وَاضْرِبْ لَهُم مَّثَلًا رَّجُلَيْنِ جَعَلْنَا لِأَحَدِهِمَا جَنَّتَيْنِ مِنْ أَعْنَابٍ وَحَفَفْنَاهُمَا بِنَخْلٍ وَجَعَلْنَا بَيْنَهُمَا زَرْعًا – 32
كِلْتَا الْجَنَّتَيْنِ آتَتْ أُكُلَهَا وَلَمْ تَظْلِم مِّنْهُ شَيْئًا ۚ وَفَجَّرْنَا خِلَالَهُمَا نَهَرًا – 33
وَكَانَ لَهُ ثَمَرٌ فَقَالَ لِصَاحِبِهِ وَهُوَ يُحَاوِرُهُ أَنَا أَكْثَرُ مِنكَ مَالًا وَأَعَزُّ نَفَرًا – 34
“Berikanlah kepada mereka sebuah perumpamaan, dua orang laki=laki, yang salahsatu dari keduanya Kami beri dua buah kebun anggur yang dikelilingi oleh pohon-pohon kurma dan Kami buatkan lading di antara kedua kebun itu. Kedua kebun itu menghasilkan buahnya, dan tidak berkurang buahnya sedikit pun, dan di celah-celah kedua kebun itu Kami alirkan sungai”
Ayat tersebut menyatakan sistem perkebunan pada dasarnya terdiri dari dua kebun anggur (kelas semak) yang dipagari dengan kurma (kelas pohon), serta ditengah-tengahnya terdapat lading perkebunan (kelas rumput-rumputan) ayat ini menjelaskan hasil yang mungkin dapat diperoleh sebagai hasil dari jalinan yang seimbang dari ketiga kelas tanaman tersebut, yaitu terangkatnya nilai produksi pernyataan “kedua kebun itu menghasilkan buah tanpa kekurangan suatu apa pun”. Dapat diartikan bahwa kerugian dari produksi dapat dihindari karena terpenuhinya semua faktor produksi, baik secara kuantitas maupun kualitas.
Gambar Ilustrasi Pola Tanam Sistem Perkebunan Janan Al Qur’an
Keterangan :          
1.              Tanaman Pohon
2.              Tanaman pohon berbuah
3.              Tanaman pangan
Keberadaan tanaman pohon sebagai pagar perkebunan berfungsi menahan tiupan angina kencang, karena pelepah kurma sangat kuat sehingga tidak mudah koyak. Penahan angina merupakan salahsatu metode menanggulangi ganguan cuaca ekstrim. Selainitu, keberadaan pohon di pinggir lading dapat menjaga pohon buah dari terbangan debu, kotoran, mangsa burung, dan penyakit yang terbawa bakteri dan hama tanaman. Lapisan kedua terdapat  lapisan pohon buah yang lebih rendah. Lapisan ketiga terdapat tanaman pangan.

Manfaat Sistem Perkebunan Janan Al Quran
Berbagai manfaat yang dapat kita dapat dari penerapan sistem perkebunan Janan Al Qur’an yaitu :
a.       Segi Agroklimatologi
1)   Menciptakan iklim yang lebih kondusif dalam kondisi normal.
2)   Mengurangi tekanan angina.
3)   Meningkatkan kelembapan udara.
4)   Mereduksi tingkat suhu udara dan mengurangi selisih suhu udara yang tinggi antara siang dan malam.
5)   Mengurangi evaporasi atau penguapan sehingga menghemat penguapan air yang diperlukan untuk irigasi.
b.      Segi Kesuburan Tanah
1)   Menyeimbangkan suhu tanah dan mengurangi tingkat ketajaman perbedaan suhu, sehingga mahluk-mahluk yang hidup di dalam tanah mendapatkan keleluasaan dan zat-zat organic pun mudah terurai.
2)   Lapisan tanaman akan memiliki tingkat absorbs atau penyerapan yang berbeda, sehingga terdapat semacam keseimbangan zat-zat kimia dalam tanah.
c.       Sosio Ekonomis
1)   Hasil produksi dari lahan dapat mewujudkan swasembada pangan bagi penduduk setempat.
2)   Hasil produksi dapat membantu mengurangi kerugian yang mungkin terjadi ketika bencana alam, perubahan cuaca, dan krisis ekonomi.
3)   Adanya ketersediaan sumber daya manusia dan lahan unggul yang dapat dimanfaatkan secara maksimal dan berkelanjutan
4)   Penataan tanaman yang baik dan benar dapat meningkatkan nilai estetika.
Penerapan sistem perkebunan Janan Al Qur’an telah memberikan berbagai manfaat dari segi iklim, lingkungan, dan sosio-ekonomis, serta efek positifnya terhadap kualitas tanah. Oleh karena itu, gilirannya dapat membantu meningkatkan kualitas produksi yang bertujuan untuk meningkatkan laba dari hasil produksi.  Sistem ini juga mampu merumuskan model aplikatif dalam teknik pola tanam perkebunan terutam untuk ukuran-ukuran standar yang terdiri dari komoditas tanaman kecil, sedang, dan raksasa.

Penutup
Pola tanam yang baik adalah pola tanam yang sesuai dengan kaidah Al-Qur’an di mana dengan menerapkan sistem Janan. Sistem Janan adalah suatu sistem serius dan berdaya guna dalam mengangkat kembali daya saing ekonomi di bidang perkebunan dan pertanian. Oleh karena itu, kita sebagai generasi muslim harus mempelajari Al Qur’an dan mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang ada di Al Qur’an dalam menghadapi modernitas IPTEK.







DAFTAR PUSTAKA

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, 2013. Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035. Jakarta : Badan Pusat Statistik.

Thalbah Hisham, et.al, 2015. Ensiklopedia Mukjizat Al Qur’an dan Hadis. Jakarta: Sapta Sentosa. Tim Lipi. (2006). Komunika: warta ilmiah populer komunikasi dalam pembangunan. Vol 9 (2) 42- 50. Jakarta: Yayas


Be Authentic and be yourself

 I know that is like the conventional journaling medium shifted to the digital footprint. In my assumption, there are few readers in this bl...