Gadget sebagai Gaya Hidup Kids Jaman Now
Gadget, siapa yang tidak mengenal benda yang
bernama gadget atau gawai. Berdasarkan pengertian umum, gadget merupakan suatu
piranti atau instrument yang memiliki tujuan dan fungsi praktis secara spesifik
dirancang lebih canggih dibandingkan teknologi yang diciptakan sebelumnya.
Contoh-contoh gadget antara lain laptop, MP3 player, kamera, Xboox, smartphone,
dan tablet. Pada bahasan ini, penulis lebih mengulas gadget adalah smartphone,
karena sebagian besar masyarakat Indonesia memiliki smart phone dan telah
menjadi bagian dari gaya hidup. Pengguna smart phone di Indonesia merupakan
segala usia, mulai dari anak kecil hingga orang dewasa, bahkan saat ini sering
pula dijumpai orang tua (read: kakek nenek) sebagai pengguna aktif smartphone.
Berdasarkan data dari Menristekdikti, terdapat 25% dari total penduduk
Indonesia sebagai pengguna aktif Smart Phone atau 65 juta orang.
Ironisnya anak usia dini di perkotaan Indonesia
banyak yang dijumpai telah mengenal smarphone sejak umur 3 tahun. Mereka
menggunakan smartphone sebagai media bermain game. Pengenalan atau didikan
orang tua untuk memberikan smart phone di usia dini merupakan kesalahan yang besar.
Pemberian smart phone pada anak usia dini dapat memberikan dampak negative
berupa anak-anak terdidik untuk kurang bersosialisasi dengan dunia luar, malas
gerak, dan dapat merusak mata. Pengenalan smart phone pada anak usia dini
sebagai media bermain harus dicegah. Realita di lapangan banyak ditemui
generasi mennduk pada anak usia sekolah. Generasi menunduk berpotensi untuk
apatis terhadap lingkungan, mereka asyik dengan dunia sendiri dan tak acuh
terhadap keadaan lingkungan.
Keberadaan smartphone bagaikan mata pisau yang
menawarkan kemudahan tapi bisa juga memberikan kesakitan. Penggunaan smart
phone pada anak usia dini memiliki dampak positif dan negatif. Di lihat dari
sisi positif, smart phone memberikan kemudahan mengakses informasi pelajaran
dan memberikan hiburan seperti games. Namun di sisi lain, smart phone memiliki
dampak negatif penyalahgunaan teknologi untuk hal-hal cybercrime,
penyebarluasan pornografi, dan kemudahan
untuk menyontek serta lain sebagainya.
Kebudayaan Membaca di Indonesia
Kebudayaan merupakan kebiasaan yang
diulang-ulang. Kebudayaan membaca di Indonesia sangatlah rendah. Dapat dilihat
bahwa anak usia dini telah dibekali memakai smartphone daripada dikenalkan
dengan buku. Sistem penidikan primer dari keluarga juga kurang mendukung anak
untuk membudayakan membaca. Banyak orang tua yang tidak peduli untuk mendidik
anak membaca buku. Ketertarikan anak untuk membaca bisa terbentuk apabila orang
tua sering membacakan buku untuk anaknya, namun sangat minim ditemui orang tua
yang menyisihkan waktunya untuk membacakan dongeng ke anaknya. Realita di
lapangan malah banyak ditemui orang tua yang membiarkan anak mereka asyik
bermain dengan smartphone daripada harus memberikan bahan bacaan. Kepedulian
orang tua sebagai agen pendidik primer memiliki pern penting menumbuhkan minat
baca anak usia dini.
Tidak adanya pengenalan buku kepada anak usia
dini menjadikan buku sebagai barang asing yang dapat membikin ngantuk apabila
dibaca. Kebiasaan membaca yang rendah menyebabkan masyarakat Indonesia menelan
berita hoax secara mentah-mentah. Kebudayaan membaca dapat menghasilkan
generasi yang melek ilmu pengetahuan, tidak malas, dan membawa perubahan.
Membaca dapat membuka cakrawala pengetahuan, dengan membaca dapat membangun
peradaban, karena sumber ilmu dapat diperoleh dari bahan bacaan.
Memperkenalkan Buku sebelum Gadget
Memperkenalkan
buku kepada anak usia dini merupakan cara efektif meningkatkan minat baca.
Dalam memberikan edukasi, lebih mudah diterima apabila diberkan percontohan
nyata terlebih dahuu daripada disuruh. Peneladanan membaca buku dapat dilakukan
di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Membaca buku sebagai gaya
hidup dapat disosialisasikan dengan menarik pembaca buku untuk mendengar telebi
dahulu isi buku. Dengan sasaran anak usia dini, maka diperlukan kegiatan
membacakan atau mendongeng dari sebuah buku. Dengan mendengarkan cerita dari
buku, anak-anak akan tertarik membuka-buka buku tersebut. Setelah tertarik
mereka akan mulai mencoba membaca. Ingin tahu lebih dalam, dan kebudayaan
membaca dapat membiasakan anak-anak memperoleh informasi dan pengetahuan lebih
luas.
Tahap yang
dilalui pembaca buku berdasarkan pengalaman penulis untuk membudayakan membaca
adalah mendengarkan dahuku isi dari buku, apabila penulis atau sasaran tertarik
dengan isi buku, maka sasaran akan membaca lebih lanjut. Berdasarkan pengalaman
penulis, membaca dapat memberikan dampak positif agar selalu berfikir inovatif
dan kritis. Dengan membaca wawasan akan terbuka lebar, sehingga memacu
seseorang untuk lebih kreatif dalam bertingkahlaku.
No comments:
Post a Comment