·
Devananda N. (
/8J) sebagai teman sekolah.
·
Grendhi Satria R. (10/8J) sebagai anak sombong.
·
Hafni Amalia J. (11/8J) sebagai sahabat grendhi.
·
Irene Zulfa N.W. (12/8J) sebagai narator dan teman sekolah.
·
Mazaya Chika S. (13/8J) sebagai teman sekolah.
Narator :: Grendhi dan Hafni
merupakan sahabat baik. Mereka telah bersahabat sejak kecil, tapi suatu hari
ketika keluarga Hafni jatuh miskin, Grendhi pun tak ingin lagi bersahabat
dengan Hafni. Suatu siang ketika Hafni,Grendhi, Deva, Irene dan Chika sedang
berada di kelas untuk piket sebelum pulang sekolah, Hafni dengan berat hati
mengatakan kepada Grendhi untuk membantunya. Karena menurutnya Grendhi lah yang
bisa menolongnya dan Grendhi merupakan sahabatnya, malah yang terjadi adalah
Grendhi balik menghina Hafni.
Hafni : Gren, bisakah kau
menolongku sedikit saja?
Grendhi : Apa? Menolongmu?
Kau pikir kau itu siapa yang harus aku tolong? Kenal?
Hafni : Kenapa dengan mu
Grendhi? Bukankah kita sahabat? Masa kau sudah lupa dengan itu?
Grendhi : Sahabat? Maaf ya aku tidak punya sahabat
seperti mu yang miskin. Aku hanya mau
bersahabat dengan orang yang kaya.
Deva :
Kenapa dengan kalian berdua? Sepertinya sedang bermasalah gitu.
Hafni : Tidak ada apa-apa
kok. Kita berdua baik-baik saja. Ya kan Gren?
Grendhi : Baik-baik saja?
Gini ya Dev, tadi si miskin ini meminta bantuan ke aku. Tapi sayangnya aku tak
ingin membantu orang seperti dia. Mana dia ngaku-ngaku sahabat aku lagi? Ogah
deh.
..........(
Hafni pun pergi karena mendengar perkataan Grendhi seperti itu )……….
Deva : Jangan begitu
Grendhi. Bukannya kau dan Hafni memang bersahabat dari kecil? Masa karna
sekarang Hafni dan keluarganya jatuh miskin, kau tidak mau lagi bersahabat
dengannya. Bukannya saat-saat seperti ini kau bisa tunjukan ke dia, kalau kau
memang sahabatnya. Bukan malah meninggalkannya.
Chika : Betul itu kata
Deva. Seharusnya kau sekarang menyuport dia, bukan menghina dia seperti itu.
Kasian kan dia.
Irene : Betul itu.
Sahabat seperti apa kau ini?
Grendhi : Kalian pikir
siapa kalian yang berani-berani menasehatiku? Sok baik! Terserah aku dong mau
berbuat apa. Urus saja diri kalian masing-masing.
Chika : Kita bukannya
bermaksud menasehati kamu atau sok baik. Tapi kita tidak mau persahabatan kamu
dan Hafni berakhir seperti ini.
Grendhi : Halah itu bukan
urusan ku dan juga kalian. ( Grendhi pun langsung pulang )
Irene : Setan apa yang
merasuki anak itu? Bisa-bisanya dia berbuat begitu kepada Hafni. Bukankah
selama ini dia yang selalu saja membela-bela Hafni ketika ada masalah?
Deva : Ya itu hanya dia
yang tahu. Tapi satu hal yang akhirnya kita tahu, Grendhi hanya mau berteman
dengan orang yang Kaya.
Irene : Pantas apanya?
Chika :
Sudahlah jangan dibahas lagi, mending kita pulang saja.
Deva : Betul itu.
Narator : Keesokan harinya
Mereka kembali masuk kesekolah seperti biasa, tetapi tidak dengan Hafni. Hal
ini pun terjadi selama 2 minggu berturut-turut. Pada akhirnya ketika mereka
berempat sedang dalam perjalanan ke sekolah, dengan tidak sengaja mereka
bertemu dengan Hafni di pinggir jalan yang sedang mencari barang bekas.
Deva : Hey bukannya itu
Hafni?
Chika : Ia benar itu
Hafni. Sedang ngapain dia? Bukannya masuk sekolah malah keliuran seperti itu.
Deva : Iya benar. (Deva
pun langsung menarik Grendhi yang jalan di belakangnya dan sedang asyik dengan
Iphone-nya) Liat itu? Apa yang sahabatmu lakukan?
Grendhi : Haha… Pasti sedang mengais-ngais sampah.
Namanya juga orang miskin.
Irene : Apaan sih. Ayo kita samperin saja
dia.
Deva : Hafni, apa yang sedang kau lakukan?
Kenapa kau tidak masuk 2 minggu ini?
Hafni :
(dengan Kaget) Aku? Ya seperti yang kalian liat.
Grendhi : Aku bilang juga
apa. Pasti dia sedang mengais-ngais sampah. Seperti tidak tahu saja kalian
kerjaan orang miskin.
Chika : Sudahlah Grendhi,
begitu-begitu Hafni itu sahabatmu.
Deva :
Apa-apaan sih. Kenapa kau tidak masuk sekolah lagi Hafni?
Hafni :Begini, orang tua
ku tidak punya uang untuk membiayai aku dan adikku untuk sekolah. Sedangkan
adikku masih mau sekolah, jadi aku mengalah saja untuk adikku. Biar adikku yang
sekolah dan aku membantu orang tua ku untuk menyambung hidup.
Irene : Mulia betul hati
mu sobat.
Grendhi :Haha. Mulia apanya? Dia cuma mau cari
muka tahu? kalian ini gampang sekali dibodohi sama dia.
Hafni : Tega sekali kau
berkata begitu pada ku. Aku memang sekarang sudah miskin, tapi aku masih punya
perasaan. Kalau kamu tidak mau bersahabat lagi dengan ku ya sudah itu tidak
jadi masalah buat ku, tapi jangan kau hina aku dengan kata-katamu itu. Satu
lagi, aku tidak pernah menyesal pernah berkenalan dengan mu. Tapi itu merupakan
pembelajaran bagi ku. Terima kasih Grendhi. (Hafni pun lari secepat mungkin
meninggalkan mereka berempat dengan perasaan yang bercampur aduk)
Deva :Sudah puas kau
menyakiti dia? ingat Grendhi, suatu hari nanti kau juga akan merasa apa yang
Hafni rasakan sekarang.
I&C : Betul itu.
Grendhi : Haha. Itu tidak
mungkin. Keluarga ku tidak mungkin jatuh miskin seperti dia. Toh keluargaku
memiliki banyak usaha yang menghasilkan banyak uang. Dan tidak akan habis untuk
5 generasi. Haha ( sambil tertawa Grendhi pun jalan meninggalkan mereka
bertiga)
Irene : Sombong sekali
itu anak. Semoga hidupnya baik-baik saja.
Chika : Ya betul itu. Dan
semoga suatu hari nanti kita bisa bertemu lagi dengan Hafni.
……….( mereka
bertiga akhrinya melanjutkan perjalan ke sekolah )……….
Narator : Hari itu merupakan
hari terakhir mereka bertemu Hafni. Dan ketika semuanya telah terjadi, Grendhi
pun merasakan apa yang dulu Hafni rasakan. Keluarganya bangkrut karena ditipu
oleh orang lain. Tapi sayangnya Grendhi tidak terima dengan hidupnya yang miskin,
dan ia beranggapan bahwa semua ini salah Hafni.
No comments:
Post a Comment