Dari BDM ini aku banyak belajar. Belajar untuk mengabdi di masyarakat, bertingkah laku di masyarakat, memberi senyum untuk masyarakat, nano-nano pokoknya buat kepanitiaan ini. Di tengah kesibukkan BDM banyak banget challenge yang kudu dipertanggung jawabkan. Antara menyelesaikan kepanitiaan BDM, tugas, laprak, menjalani puasa dan amalan Ramadhan, dan belajar untuk responsi, semua campur aduk jadi satu. Alhamdulillah bisa dilewati dengan tekad yang bulat.
Saat inilah amanah manusia di uji. Kita harus percaya bahwa beban hidup yang diberikan pasti bisa diselesaikan, karena Allah tidak akan menguji hamba Nya diluar batas kemampuannya.
Singkat cerita, inilah perjalanan BDM 2017
Pukul 14.00 kami berkumpul di depan Gedung A membawa segudang perkap yang wajib di bawa ke Desa Miri. Kami berangkat motoran, dengan pemimpin rombongan Mas Xena *klo gak salah. Berduyun-duyun menyusuri jalanan Karanganyar-Wonogiri kurang lebih 3 jam. Dengan kecepatan yang relatif kencang, akhirnya kami tiba di Desa Miri. Selama perjalanan, kami menyusuri jalanan naik turun tak karuan dan mendapati tikungan tajam. Sempat aku dan Apri mau jatuh karena menghindari tikungan yang berkelok. Alhamdulillah tidak jatuh.
Sesampai di Desa Miri, kami langsung singgah ke salahsatu orang baik yang mengijinkan kita menginap selama 3 hari 2 malam, beliau bernama Ibu Sati. Aku langsung bergegas shalat ashar & beres-beres perlengkapan. Terdengar adzan Maghrib, saat nya berbuka tiba. Kami berbuka puasa bersama diiringi rasa kekeluargaan HM Pelita, ahhh moment itu sangat mengingatkanku kehangatan berkumpul bersama keluarga di rumah.
Selepas shalat Maghrib, Isya, dan Tarawih, kami berkenalan dengan warga Desa Miri di Masjid. Warga menyambut kehadiran kami dengan senyum bahagia yang terpancar tulus dari raut wajah, Alhamdulillah. Malamnya di bagi kelompok menginap, masing-masing rumah terdapat 4-5 orang. Sebelum tidur, tak lupa kami menyempatkan waktu mengerjakan tugas kuliah. Paginya kami menjalani sahur bersama-sama.
Aku menyempatkan diri berkeliling desa, menghirup udara segar yang jarang ku temui di Kota Solo. Pematang sawah yang indah di kelilingi pepohonan yang rindang, menambah syukur ku tinggal di negara Gemah Ripah Loh Jinawi. Gubuk di tengah sawah menarik perhatian ku untuk hunfot.
Sambutan hangat sang mentari, menambahku makin bersemangat mengabdi.
Untuk kegiatan BDM, bisa dilihat http://hmpelita.fp.uns.ac.id/?p=125#more-125
Kegiatan yang ku ceritakan lebih lanjut adalah, pengalaman pertamaku menyuluh di Desa Miri. Sebagai anak Penyuluhan seharusnya ini bukan menjadi tantangan besar, namun bagiku menyuluh bukan sekedar menyuluh, harus menguasai materi, beretika, dapat mengendalikan suasana, dan menyampaikan apa yang harus disampaikan agar pendengar mau melakukan apa yang di suluh. Sebenarnya aku tidak berkontribusi apapun dalam menyuluh. Aku hanya bertugas sebagai asisten penyuluhan, dengan pembicara penyuluhan Mas Faris (PKP 2014).
Amalia selaku pj penyuluhan meminta tolong aku menjadi penyuluh, sebelumnya aku ragu untuk ikut menyuluh, bisa gak yaa???. Namun aku memberanikan diri ikut menyuluh dengan alasan mencari pengalaman. Ya pengalaman merupakan guru terbaik. Berbekal pengalaman menjadi asisten penyuluh, aku belajar bagaimana teknik berbicara yang tepat bagi petani, strategi menjawab pertanyaan, belajar mendengarkan orang lain, dan pastinya belajar mengenai pertanian lebih dalam. Selama menjadi asisten penyuluh, aku hanya membantu menuliskan pertanyaan dari warga, dan ngambil-ngambil in barang. Meski Mas Faris menawari untuk berbicara juga, aku memilih jadi asisten dulu aja. Daripada aku ikutan berbicara, nanti informasinya malah menyesatkan hehehhee & bisa jadi petani gak percaya lagi sama penyuluh pertanian, bisa berabe nihhh. Mending dikasihkan ke ahlinya saja heheee.
Singkat cerita, inilah perjalanan BDM 2017
Pukul 14.00 kami berkumpul di depan Gedung A membawa segudang perkap yang wajib di bawa ke Desa Miri. Kami berangkat motoran, dengan pemimpin rombongan Mas Xena *klo gak salah. Berduyun-duyun menyusuri jalanan Karanganyar-Wonogiri kurang lebih 3 jam. Dengan kecepatan yang relatif kencang, akhirnya kami tiba di Desa Miri. Selama perjalanan, kami menyusuri jalanan naik turun tak karuan dan mendapati tikungan tajam. Sempat aku dan Apri mau jatuh karena menghindari tikungan yang berkelok. Alhamdulillah tidak jatuh.
Sesampai di Desa Miri, kami langsung singgah ke salahsatu orang baik yang mengijinkan kita menginap selama 3 hari 2 malam, beliau bernama Ibu Sati. Aku langsung bergegas shalat ashar & beres-beres perlengkapan. Terdengar adzan Maghrib, saat nya berbuka tiba. Kami berbuka puasa bersama diiringi rasa kekeluargaan HM Pelita, ahhh moment itu sangat mengingatkanku kehangatan berkumpul bersama keluarga di rumah.
Selepas shalat Maghrib, Isya, dan Tarawih, kami berkenalan dengan warga Desa Miri di Masjid. Warga menyambut kehadiran kami dengan senyum bahagia yang terpancar tulus dari raut wajah, Alhamdulillah. Malamnya di bagi kelompok menginap, masing-masing rumah terdapat 4-5 orang. Sebelum tidur, tak lupa kami menyempatkan waktu mengerjakan tugas kuliah. Paginya kami menjalani sahur bersama-sama.
Aku menyempatkan diri berkeliling desa, menghirup udara segar yang jarang ku temui di Kota Solo. Pematang sawah yang indah di kelilingi pepohonan yang rindang, menambah syukur ku tinggal di negara Gemah Ripah Loh Jinawi. Gubuk di tengah sawah menarik perhatian ku untuk hunfot.
Sambutan hangat sang mentari, menambahku makin bersemangat mengabdi.
Untuk kegiatan BDM, bisa dilihat http://hmpelita.fp.uns.ac.id/?p=125#more-125
Kegiatan yang ku ceritakan lebih lanjut adalah, pengalaman pertamaku menyuluh di Desa Miri. Sebagai anak Penyuluhan seharusnya ini bukan menjadi tantangan besar, namun bagiku menyuluh bukan sekedar menyuluh, harus menguasai materi, beretika, dapat mengendalikan suasana, dan menyampaikan apa yang harus disampaikan agar pendengar mau melakukan apa yang di suluh. Sebenarnya aku tidak berkontribusi apapun dalam menyuluh. Aku hanya bertugas sebagai asisten penyuluhan, dengan pembicara penyuluhan Mas Faris (PKP 2014).
Amalia selaku pj penyuluhan meminta tolong aku menjadi penyuluh, sebelumnya aku ragu untuk ikut menyuluh, bisa gak yaa???. Namun aku memberanikan diri ikut menyuluh dengan alasan mencari pengalaman. Ya pengalaman merupakan guru terbaik. Berbekal pengalaman menjadi asisten penyuluh, aku belajar bagaimana teknik berbicara yang tepat bagi petani, strategi menjawab pertanyaan, belajar mendengarkan orang lain, dan pastinya belajar mengenai pertanian lebih dalam. Selama menjadi asisten penyuluh, aku hanya membantu menuliskan pertanyaan dari warga, dan ngambil-ngambil in barang. Meski Mas Faris menawari untuk berbicara juga, aku memilih jadi asisten dulu aja. Daripada aku ikutan berbicara, nanti informasinya malah menyesatkan hehehhee & bisa jadi petani gak percaya lagi sama penyuluh pertanian, bisa berabe nihhh. Mending dikasihkan ke ahlinya saja heheee.
Dari serangkaian event BDM ini membuatku semakin mantap untuk terjun di Penyuluhan Pertanian, karena di sinilah peran dan kontribusi kita untuk membangun pertanian yang lebih maju. Melalui event ini, aku belajar bagaimana cara menyelenggarakan event pengabdian, alur eksternal masuk ke internal masyarakat, hidup sebagai petani jahe, memanagemen waktu antara BDM dan setumpuk tugas kuliah. Di sinilah aku menemukan rasa kekeluargaan HM Pelita. Meski lelah dan dihantui tumpukan tugas, tak menyurutkan senyum tulus dari kawan-kawan BDM untuk mengabdi. Senyum sumringah warga dan teman-teman menjadi semangat pengabdian ku.
Thanks a lot BDM and HM Pelita, u give experience more than theory. Semoga langkah yang dilakukan membawa kita menjadi lebih baik & bermanfaat. Amiin.
No comments:
Post a Comment