Indahnya Keberagaman Budaya di Festival Lampion Pasar Gede

Menjelajahi Kota Solo atau Surakarta takkan ada habisnya, segudang festival dan acara yang diselenggarakan pemkot Kota Solo memang tiada dua nya. Aku sebagai penduduk Kota Solo tak mau ketinggalan menikmati hiruk pikuk kemilau Kota Solo menjelang Imlek.



Keberagaman budaya yang tersimpan di tanah Indonesia merupakan anugrah tersendiri bagi bangsa Indonesia. Melalui keberagaman budaya, kita bisa belajar toleransi, mengerti makna perbedaan sebagai pemersatu bangsa, belajar lebih untuk menghargai orang lain, dan hal positif lainnya. Keberagaman ini yang menjadikan Indonesia terkenal sebagai bangsa yang gotong royong dan orangnya sangat fleksibel.


Festival Lampion merupakan acara tahunan menyambut Imlek, tepatnya berada di Pasar Gede Surakarta. Di tengah keindahan lampion yang berwarna-warni, tersimpan budaya Tionghoa yang menakjubkan. Aku bersama teman2 seperjuangan EAP (English for Academic Purpose) tak mau meninggalkan momen langka yang dijumpai setahun sekali. Mendatangi Festival Lampion merupakan hiburan menarik bagi kami si anak rantau.

Berbekal informasi dari teman yang lewat Pasar Gede dan infografis di instagram, selepas EAP kami memutuskan untuk jj ke Pasar Gede. Sebenarnya berangkat habis maghrib sihh. Sampai di lokasi, kami langsung memarkirkan motor dan berjalan melewati ratusan bahkan ribuan lampion *kayaknya sih, aku gak ngitung juga*. Lampion yang ada didominasi warna merah, konon warna merah menggambarkan kebahagiaan sehingga ada pengharapan baru di tahun baru Saka. Kami ber enam mencari spot foto yang ciamik, dan mulai berfoto-foto ria di tengah keramaian orang belalu lalang. Malam itu menjadi malam mengasyikkan bagiku. Meskipun kami harus ke Solo menyelesaikan EAP di tengah keseruan liburan semester, namun momen itu dapat membayar kemageran ku balik Solo.

Setelah mencari spot foto, kami melihat pertunjukkan Barongsai dan melanjutkan perjalanan keJalan Slamet Riyadi. Di sana terdapat lampion karakter yang bermacam-macam, lucu-lucu imut pokoknya. Sayangnya aku gak mengambil gambar di situ. Karena jam menunjukkan pukul 9 malam, dan kami belum makan. Akhirnya kami memutuskan untuk pulang ke kos an masing-masing. Sebelum nyampe kos, kami makan besrsama terlebih dahulu, tepatnya di warung Burjo. Entah kenapa setiap kebinggungan cari tempat makan, pilihan akhir untuk makan tetap di Burjo. Borjo its our life. Bertepatan dengan hari itu, teman ku bernama Herlinda sedang berulang tahun. Kami membuat surprise kecil-kecilan untuk dia.  Happy birthdayy Herlinduttt <3 <3.....


No comments:

Post a Comment

Be Authentic and be yourself

 I know that is like the conventional journaling medium shifted to the digital footprint. In my assumption, there are few readers in this bl...